Kamis, 28 Agustus 2014

Rahasia Nana

Berdiri tegar di atas repih luka itu tidaklah mudah. NN

Begitu selesai menuliskan sepatah kata itu di lembar bisu, Nana mulai meneteskan airmata. Ceruk luka di hatinya tak mampu membendung lagi airmatanya. Segalanya tumpah ruah, banjir tak terhingga. Suara ketukan di luar pintu kamarnya pun tak didengarnya. Nana hanya terus mengurung diri, memenjarakan sepi teramat dalam. Bahkan sinar matahari cerah tak diizinkannya masuk melalui celah-celah jendela. Apalagi orang-orang terdekatnya! Satu-satunya yang paling diingini adalah N... Noval!

“Na, Ibu mohon jangan menangis lagi, sayang. Lupakan semua itu, tak ada gunanya kamu menutup diri. Lagipula Noval telah memilih jalan hidupnya sendiri. Kamu harus bangkit, sayang. Cuma kamu yang Ibu punya.”

Nana tak menyahut. Rupanya Ibu selalu berdiri di balik pintu, berharap Nana segera keluar dan menunjukkan keceriaannya seperti dulu, setahun yang lalu. Nana menggelengkan kepalanya kuat-kuat, diteriakkannya kata ‘tidak’ berkali-kali. Tak ada yang sanggup menghiburnya kecuali Noval. Noval yang terkasih, yang memilih pergi setelah berhasil menyakitinya dengan sesuatu yang tak pernah Nana inginkan. Noval yang pertama, yang juga diingininya sebagai yang terakhir. Tempat melabuhkan segala yang ia punya.

Nana tak peduli. Ia membanting apa saja yang ada di dekatnya. Meski bunyi barang-barang itu tak lagi sama. Nana tetap tak peduli. Setelah sekian menit membanting barang, ia membantingkan dirinya ke lembah kasur yang lapuk, berbekas airmata dan debu. Jelas saja, sudah setahun tak pernah dibersihkannya. Ia terlalu betah berlama-lama di dalam kenangan. Ia terlalu cinta kepada Noval, hingga tak pernah dibiarkannya kenangan pergi begitu saja.

“Bagaimana kabarmu, Val? Aku merindukanmu, sangat rindu.”

Mrs. Bennet yang sudah lama menetap di kepalanya mulai mengetuk kepalanya.

“Mrs. Bennet, apa yang harus kulakukan? Tidakkah kau akan pergi dari kehidupanku?”

“Oh, tidak. Aku tak bisa membiarkanmu dalam masalah. Aku seorang Ibu yang mempunyai lima putri. Sebagai Ibu, aku juga memikirkanmu, Nana.”

Miss Elizabeth yang mondar mandir di tengah kepalanya, tiba-tiba berseru, “Mama, apa yang kau tahu dari kebahagiaan? Kau hanya memikirkan kesenanganmu saja. Lihatlah Jane, ia dicampakkan Mr. Bingley.”

“Mr. Bingley memang kaya, Miss Lizzie.”

Well, i know that so much. Did you know Noval, Nana?”

“Tentu saja! Kau jangan seenaknya merendahkanku. Aku tahu betul siapa itu Noval, bagaimana caranya memperlakukanku. Mungkin pada saat itu, ia hanya tidak siap untuk bersamaku, berbagi kisah lebih lama denganku. Sedang kau, kau pikir bisa berlama-lama membenci Mr. Darcy? Hah?!”

Miss Elizabeth meloncat keras, membuat Nana hampir melayangkan tinju ke kepalanya.

“Kau salah, Nana!” teriak Miss Elizabeth.
“Apa? Apanya yang salah? Bukankah kau selalu menghindar dari tatapan itu? Apa kau tak bisa membaca perasaan Mr. Darcy? Ia pria yang tampan, sebelas dua belaslah dengan Noval. Kalau aku jadi kau, aku pasti membalas tatapan itu dengan tulus.”

“Aku hanya perlu waktu untuk membiarkan perasaanku tumbuh. Serupa percaya akan indahnya cinta, bukan kesenangan semata. Bukankah itu juga yang selama ini kauinginkan dari Noval?”

“Miss Lizzie, ...” Nana tak meneruskan kalimatnya,  sebab hatinya kembali terluka.

Kata-kata Miss Lizzie memukul telak ulu hatinya. Ia tak tahu lagi kemana harus mencari labuhan hatinya. Noval telah pergi, sejauh mungkin. Hanya kenangan, bahkan cerita dalam film Pride and Prejudice yang jadi film terakhirnya bersama Noval pun selalu menetap di kepalanya.

Lagi dan lagi, airmata menetes hingga sekian kali. Basah di kasur, bantal dan guling tak dihiraukannya. Ia sangat merindukan Noval. Noval yang dicintainya, benar-benar pergi dengan cara yang tragis setelah tak lama pisah darinya. Noval bunuh diri, menghunuskan tajam pisau tepat di jantungnya. Noval tak tahan lagi, kehidupannya yang broken home meruntuhkan kebahagiaannya sendiri ketika mengenal Nana. Bukan salah Nana, bukan juga kesalahan waktu yang mempertemukan mereka.

*end

Rabu, 20 Agustus 2014

Bisik Rindu

Hatiku gigil, saat rindu membisik lirih begitu terampil ~ Silver

Sejenak aku merenungkan apa yang telah kutulis. Sebelum kata itu terlahir, terlebih dulu aku menuliskan dua baris sajak berbalut rindu*. Lebih tepatnya tentang mimpi dan rindu. Entahlah, haruskah kutulis dan kuberi tahu padamu? Tapi kata itu begitu saja meluncur dari kedalaman bawah sadarku. Seolah memimpikanmu adalah hal yang benar-benar membuatku rindu. Seolah memimpikanmu adalah hal yang sanggup membawamu kembali di hadapku.

Sungguh, aku tak pernah mengerti mengapa mimpi menghadirkanmu! Nyatanya, aku tak terlalu sering memikirkanmu. Hanya sekali-kali saat karat ingatan berhasil merayuku. Mungkin aku kalut. Mungkin juga takut. Kehilanganmu menyita perhatianku saat pertemuan dan perpisahan kita. Kehilanganmu membekukanku. Dan saat mimpi menghadirkanmu, aku luruh! Aku ingin semua orang tahu bahwa kita pernah menjalin rindu di waktu-waktu lalu.

Silver, sekalipun aku tak pernah membayangkan akan menggunakan singkatan itu untuk mendeskripsikan jalinan kita. Bahkan jika kamu membacanya, belum tentu kamu akan mengingatnya. Kamu masih seperti yang lalu, berputar-putar tanpa pernah benar-benar diam menempati. Dan aku, seolah tak beranjak dewasa saat kamu datang dan pergi dengan sesuka tanpa satu kata yang pasti. Ah, harusnya aku bisa terbang tinggi lagi tanpamu.

*Memimpikanmu lagi-lagi, mendesahkan hatiku yang tak pernah benar-benar kautempati.
Merdekakan aku, tuan! Agar mimpi tentangmu bias tak menjejakkan kerinduan.

Selasa, 19 Agustus 2014

Jumat, 15 Agustus 2014

Happy Together Again

Hello there ...

I'm so happy to know you! And today, I meet you even though we're not young anymore. We can keep in touch, live, laugh, love and smile together. Thank you, friends!



@Pondok Ale-ale Ayani Mega Mall Pontianak

Kamis, 14 Agustus 2014

Happy Together

Hello there ...

I'm so happy to know you! And today, I meet you even though we're not young anymore. We can keep in touch, live, laugh, love and smile together. Thank you, friends!





@J.CO Ayani Mega Mall Pontianak

Selasa, 12 Agustus 2014

Hasrat Untuk Berubah

Ketika aku masih muda dan bebas berkhayal,
aku bermimpi ingin mengubah dunia.
Seiring dengan bertambahnya usia dan kearifanku,
kudapati bahwa dunia tidak kunjung berubah.
Maka cita-cita itu pun agak kupersempit,
lalu kuputuskan hanya mengubah negeriku.
Namun tampaknya, hasrat itu pun tiada hasil.

Ketika usiaku telah semakin senja,
dengan semangatku yang masih tersisa,
kuputuskan untuk mengubah keluargaku,
orang-orang yang paling dekat denganku.
Tetapi celakanya, mereka pun tidak mau diubah.

Dan kini, sementara aku berbaring
saat ajal menjelang, tiba-tiba kusadari...
"Andaikan yang pertama-tama kuubah adalah diriku,
maka dengan menjadikan diriku sebagai panutan,
mungkin akan bisa mengubah keluargaku.
Lalu berkat inspirasi dan dorongan mereka,
bisa jadi aku pun mampu memperbaiki negeriku.
Kemudian siapa tahu, aku pun bahkan bisa mengubah dunia".

#Repost
Sumber : Unknown

Jumat, 08 Agustus 2014

Telah dibuka: PSPA UNTAN Angkatan II

Program Studi Profesi Apoteker di Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat telah membuka pendaftaran untuk mahasiswa baru angkatan II hingga 20 Agustus 2014. Mari kemari, daftar ke sini. Sebelumnya, kalian bisa baca-baca dulu di sini >> PSPA-UNTAN. Untuk info lebih jelasnya, bisa digoogling dengan kata kunci tersendiri. Bisa juga, kalian berkunjung langsung ke Fakultas Kedokteran Universitas Tanjungpura di ruang sekretariat Profesi, atau menghubungi CP Pak Andhi Fahrurroji, M.Sc., Apt selaku pengelola Program Studi Profesi Apoteker >> 081345553921.

pic from Pontianak Post

Maaf ya kalau sedikit narsis, teman. Foto di atas adalah foto mahasiswa profesi apoteker angkatan I, yakni aku dan teman-temanku yang berjumlah 21 orang (14 perempuan dan 7 laki-laki). Oh iya, jangan dilihat dari jumlah orangnya ya, teman. Sebab kita tak pernah tahu apa yang akan terjadi esok hari. Maka dari itu, tak ada salahnya menuntut ilmu di mana saja, termasuk di fakultas kami. ^-^


Selasa, 05 Agustus 2014

Airmata Kerinduan

Tak perlu kuhitung tetesan hujan di luar sana,
sebab aku jemu menanti bianglala di malam hari yang tak pernah ada.
Seperti kamu...
Entah di mana lagi 'kan kukisahkan repih luka berbatas waktu.
Tangisku mungkin pecah seirama tetesan hujan, sayang.
Tapi apa daya bila kau slalu abaikan dan menghilang.
Sungguh, sekalipun waktu membiarkan aku berlari jauh,
bayanganmu tetap utuh.
Sedang hujan...
Biar saja mengalir merupa airmata kerinduan,
untukmu di kejauhan.

Senin, 04 Agustus 2014

Aku Masih di Sini

Barangkali hukuman ini memang pantas,
meski aku juga harus bergegas.
Bukankah tiap kesalahan mempunyai
kapasitasnya sendiri untuk direnungkan?
Lain halnya denganmu, berpikir panjang tanpa satu jalan.
Tak bisakah kita bersama memperbaiki semua itu?
Ah, harapanku kian ketinggian. 
Bahkan Tuhan mungkin tak mengizinkan. 
Apalagi kamu yang slalu mengabaikan.
Apa yang terjadi di antara kita memang meninggalkan repih luka, 
tapi harusnya kita bisa merekatkan ia agar tak kian menganga.
Aku masih di sini, menantimu kembali 
hingga tak terhitung berapa kali lagi nyeri menghujam diri.
Aku masih di sini, berpura-pura mengembangkan senyum 
di atas repih luka yang pernah menyayat hati.

Minggu, 03 Agustus 2014

Raya Raya

Minggu ceria, raya raya . . .

Hehehe, aku dan kedua temanku menjelajah di hari raya. Kebetulan, udah lama nggak nge-Mall dan jadilah kami bertiga jalan-jalan di sana. Setelah lelah, tempat persinggahan kami akhirnya tertuju pada Pizza Hut. Ohlala, kami pun saling berbagi dan berfoto ria, ala ala, raya raya . . . :D

Okay, to the point aja ya . . .




Sabtu, 02 Agustus 2014

Sewaktu Aku Ingin

Aku membayangkanmu begitu mesra, sebab mengucapkan namamu tak pernah mendatangkan sosokmu di depanku. Hanya wajahmu dalam bayanganku, menari-nari di atas gejolak rindu. Hanya kamu dalam benakku, sosok teramat betah mendiami ruang hatiku.

Entah sudah berapa lama, jika bisa kuhitung ... mungkin sudah berjalan hampir enam tahun. Enam tahun. Enam tahun. Ah, tapi hitungan waktu itu tak bermakna bagimu. Akulah yang selalu menjadi detik, merasakan sakit dan bangkitnya diri dari jatuh cinta kepadamu.

Sewaktu aku ingin memeluk erat tubuhmu, kau tak ada di sini. Sewaktu aku ingin kau di sisiku, kau juga tak ada di sini. Kau tak pernah benar-benar ada di sini! Dan aku tenggelam dalam curahan hati berbalut kegelapan malam tanpa bintang. Dan aku, perasaanku tak menentu.

Aku tak mengharapkan sesuatu yang lebih darimu, sebab kesadaranku pulih jika mengingat betapa sewaktu aku ingin. Sebagai kekasih yang tak kau anggap pun, aku tak mengharapkan sesuatu meski simpulanku ternyata keliru. Bagaimana bisa cinta menuai derita jika kupupuk dengan satu tuju?

♥ Terinspirasi dari lagu Ada Band - Kau Tak Ada di Sini ♥

Kau jauh dari aku tuk sekian lama
Ku merindu, ku tersiksa, ini yang kurasakan
Sewaktu aku ingin memeluk erat tubuhmu
Sewaktu aku ingin kau di sisiku
Kau tak ada di sini

Hari-hari kulalui menunggu kau hadir
Perasaan tak menentu galau kurasakan
Sewaktu aku ingin memeluk erat tubuhmu
Sewaktu aku ingin kau di sisiku
Kau tak ada di sini

Cepatlah kau datang sayang, aku tak kuat lagi
Bila kau tak datang bisa-bisa detak jantung ini terhenti

Sewaktu aku ingin memeluk erat tubuhmu
Sewaktu aku ingin kau di sisiku
Sewaktu aku ingin memeluk erat tubuhmu
Sewaktu aku ingin kau di sisiku
Kau tak ada di sini

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...