Jumat, 19 April 2013

[BeraniCerita #08] Lipstik Merah

“Ma, kenapa sih perempuan harus memakai lipstik?” tanya Ana, putri kecilku, sembari membuka tutup benda berbentuk persegi panjang itu.

“Ini untuk nilai plus penampilan, sayang.” Jawabku singkat.

Ana bertanya lagi, kali ini dengan raut muka penuh selidik, “Tapi kemarin, waktu Ana di kantor Papa, Ana melihat bekas lipstik di pipi Papa. Setahu Ana, Mama nggak ada singgah ke sana, kan?”

Aku berpikir, mencoba mengingat-ingat hari kemarin. Aku terlalu sibuk sehingga menghabiskan waktu seharian di kantorku. Mungkinkah lipstik itu? Batinku bergejolak, mencari celah untuk segera tahu jawabannya.

Tiga hari berlalu seperti biasa, aku sengaja memasang tampang manis di depan suamiku. Tapi semakin lama dipendam, hatiku semakin kalut saja, dan aku nggak boleh gegabah! Hari ini kuputuskan mampir sebentar sembari mengantar bekal makan siang untuknya, tanpa sms terlebih dulu. Aku ingin memberikannya sebuah kejutan.

Setiba di ruangan di lantai 2, kulihat sekretarisnya masih berkutat di depan laptop. Tanpa pikir panjang, kupercepat langkahku dan membuka daun pintu ruang kerjanya yang ternyata tak terkunci.

“Arini?! Mas Akbar?!” nafasku tercekat, rantang bekal bawaanku terjatuh seketika. Aku melihat mereka berpelukan, dan sekilas dapat kulihat bekas lipstik Arini melekat di pipi Mas Akbar. Bekas lipstik merah menyala, itulah warna kesukaan adik kandungku, yang memang sangat menyayangi suamiku.

Mas Akbar mendekat dan hendak menjelaskan. Tapi telingaku tak mau mendengar alasannya, dan mataku ini terus saja menatap nanar pada bekas lipstik itu. Aku ingat, bekas ini sama dengan bekas lipstik seminggu yang lalu sewaktu Arini menjengukku. Ada sisa lipstik merah di cangkir kesayangan Mas Akbar.

..::.. words: 246 ..::..

 

15 komentar:

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...