Jumat, 31 Mei 2013

Dear Mama, Dear Bapak

Malam ini malam terakhir di bulan Mei. Yang mana di bulan Mei adalah bulan kelahiran Mama dan Bapakku. Bapak duluan sih yang lahir, tepatnya di tanggal 15 Mei. Kalo Mama tanggal 25 Mei. Meskipun lahir di bulan yang sama, sifat beliau berdua tetap beda. Tapi perbedaan itulah yang akhirnya menyatukan mereka. Menanam benih-benih cinta hingga akhirnya aku dilahirkan ke dunia ini. Dunia fana yang penuh dengan panggung sandiwara. Karena apa? Aku hanyalah sebatas pelakon dan melakonkan di sini. Oke, kita kembali ke topik ya. Sebelumnya jangan heran dalam membaca dear-dearan dariku. Panggilan di rumah emang beda banget dari lainnya, yaitu Kak eno... diambil dari nama tengahku, Retno.

Dear Mama,
Kak eno tau sifat kak eno kadang kasar pada mama. Kak eno juga keras kepala. Kak eno bahkan suka membantah. Acuh tak acuh dengan suruhan mama, omelan mama, bahkan jika mama mulai berkata yang ujung-ujungnya membawa sampai nama keluarga besar. Jujur, kak eno malu mendengar itu semua, tapi inilah kak eno. Anak mama yang masih tak bisa apa-apa. Masih belum bisa menjadi seperti mama. Bahkan kak eno tak tau, kapan kak eno bisa menjadi seperti mama. Menjadi seorang mama yang mengurus nakalnya anak-anak. Ma, kalo boleh kak eno bilang, tak usahlah terlalu khawatir tentang kak eno. Kak eno baik-baik aja, dan suatu saat kak eno pasti bisa seperti mama.

Dear Bapak,
Kak eno tau sifat kak eno kadang manja pada bapak. Kak eno juga terlalu mengandalkan bapak tiap kak eno ada masalah. Kak eno bahkan tak pernah mengerti kalo bapak sedang lelah. Tapi bapak seolah tak menunjukkan lelah itu. Bapak juga pendiam, seperti kak eno yang mewarisi sifat itu. Kalo marah sih, nggak udah ditanya lagi ya, Pak. Emosi itu kadang emang susah untuk dikendalikan. Maaf ya, Pak. Kak eno masih suka manja, ketergantungan, tapi kak eno sadar kok... Kak eno juga butuh seorang lelaki yang bisa menjaga kak eno seperti bapak. Walaupun nggak seganteng bapak, ya... setidaknya cukuplah untuk saling melengkapi dan mengerti satu sama lain. Aamiin...

Dear Mama, Dear Bapak
Nggak banyak yang bisa kak eno berikan. Kak eno cuma berdoa semoga kalian selalu diberi umur panjang, sehat wal'afiat, umurnya berkah, rejekinya lancar, dan ya... semoga selalu dilindungi olehNya. Kak eno minta maaf jika selama ini kak eno banyak menyusahkan kalian. Nggak bermaksud menghambur-hamburkan uang untuk biaya kuliah, tapi itu semua juga keinginan kalian, kan?! So... jangan dijadikan beban, jika emang udah jalanNya, suatu saat kak eno pasti diterima di salah satu Universitas yang bisa menambah gelar untuk kak eno yang sarjana ini. Aamiin ya Rabbal'alamiin. Don't give up, beybe :) keep spirit and smile, for yesterday, today, and tomorrow :) everything will be fine :)

Oya, di bawah ini ada koleksi tulisan plus foto aku dengan Mama dan Bapak. Tahun berapanya aku lupa, yang jelas ini masih kujaga hingga sekarang. Membacanya membuatku ingat akan kenangan masa kecil. :)


Susi tuh anak pertama dari dua bersaudara. So, Susi adalah anak sulung dan ya... sangat dinanti-nanti waktu itu.

Kalo urusan curhat dan berbagi segala hal... Susi lebih dekat dengan Mama. Pokoknya Mama is the best deh ^_^ mau cerita masalah pribadi sampe ke hal-hal yg gimanaaa gitu... enjoy aja!

Kalo urusan RT atau kepala keluarga dan hal-hal tentang rumah, tanya aja ke Bapak. Apalagi soal otomotif, Bapak deh jagonya.


Bapak tuh orangnya sabar banget. Susi kagum akan sosoknya, walaupun kalo lagi kambuh (kesel dsb)... pasti deh main tangan. Tapi Susi yg salah sih, so... wajar dong. Bapak tuh rajin dalam segala hal ^_^ ya, meskipun satu hal yg nggak bisa Susi rasain (shalat bareng di rumah)... tapi Susi udah bersyukur coz Bapak orang yg sholeh. Salut deh buat Bapak. Mau ngantarin Susi kemana-mana (dulu).

Mama sih orangnya nggak mau ketinggalan zaman. Apa-apa yg ada, pengen diikutin. Sampe-sampe nge-catox rambut Susi (zaman SMA)... aneh kan? Biasanya kita yg pengen catox tapi nggak dibolehin. Lah Mama Susi lain... kebalikannya! Trus, namanya juga ibu-ibu ya... pastinya cerewet dong. Tapi, itulah ciri khas seorang ibu. Iya, kan? Ngaku deh...

Nah, begitulah kiranya isi tulisanku. Ngawur-ngawur gimanaaa gitu, hehehe :)

Kamis, 30 Mei 2013

Batik Mini Scrapbook

Hehehe, nyengir nyengir alias senyam senyum sendiri ngelihat scrapbook buatan sendiri. Udah lama banget pengen buat scrapbook tapi mood nggak ada. Dan minggu ini, aku buatnya walaupun masih belum jadi total.

Scrapbook itu semacam album untuk kenangan. Isinya bisa bermacam-macam, mulai dari kumpulan foto, kumpulan kata-kata, etc. Scrapbook juga banyak seninya, hiasannya, etc. Oya, scrapbook bisa dibuat secara manual dan digital. Aku sih sukanya yg manual aja, coz bisa sesuka hati.

Trus nih, berhubung barang-barang buat scrapbook masih sulit dicari disini, aku lebih memilih yg apa adanya. Simpel aja, dari kertas kado, karton, etc bisa jadi kok. Tapi ya... nggak unik dan kece kayak yg ada di barat, gitu. Yg desainnya cewek banget! Bunga-bunga pink, soft, and sweet.

Oya, ini dia scrapbook buatanku. Kuberi nama "batik mini scrapbook" coz bentuknya emang mini, desainnya pakai sisa kertas kado motif batik. Hehehe :)

[BeraniCerita #14] Si Hitam


pict from here
“Sial! Hampir aja kebablasan!”

Gina memaki dalam kegelapan malam. Memotong kuku di jam-jam seperti ini menjadi tantangan tersendiri untuknya. Gina tak mengenal mitos atau apapun yang melarangnya memotong kuku di malam hari. Buktinya, kuku Gina masih baik-baik saja hingga sekarang, tak pernah dimakan setan. Berdarah sedikit pun tak menyurutkan hasratnya.
Tanpa disadari Gina, ada sesuatu yang menjilati kakinya. Ketika Gina melongok ke bawah, Gina malah melihat sesuatu itu telah duduk manis menyandar di dekat tumit kakinya. Sesuatu berwarna hitam yang dikenalnya sebagai kucing kesayangan kakak kembarnya, Gani. Gina hendak memaki lagi, tapi Gani keburu datang. Mengambil si hitam dan akan membawanya keluar kamar dalam dekapan hangatnya.
“Gani, lain kali awasin tuh si hitam! Hampir aja gue kebablasan motong kuku gara-gara dia!”
“Iya, Gin. Lagian lo ngapain potong kuku di malam hari. Pamali, tau!”
“Terserah gue dong, kuku-kuku gue. Masalah ya buat lo?!”
“Gina… Gina…” gumam Gani yang tak lagi disahut Gina.
..::..
Masih dalam gelap malam, Gina memutuskan pergi keluar rumah untuk sekedar mencari angin. Sembari menetralkan suasana hati karena ulah si hitam. Gina heran, kucing hitam seperti itu bisa-bisanya dipelihara Gani. Seperti tak ada kucing lain saja yang warnanya lebih unyu-unyu. Lebih menarik untuk dipelihara dan dirawat dengan kasih sayang.
Suatu hari, Gina pernah membawakan kucing persia berbulu putih untuk Gani. Kucing itu dihadiahi temannya sebagai kado ulang tahun mereka. Tapi Gani menolak, lebih memilih si hitam yang bahkan bulu-bulunya tak pernah memutih layaknya uban. Seperti malam ini, Gina pulang dengan membawa kucing belang tiga -campuran putih, hitam, dan kuning yang tidak bercampur aduk– yang ditemukannya sedang meringkuk kedinginan di pos ronda.
Gina meletakkan kucing belang tiga itu di dekapan Gani yang sedang tidur di kamarnya diam-diam. Tak sampai semenit, Gani terbangun dan memekik. Lalu berubah menjadi cat woman. Ups! Bukan itu yang sebenarnya terjadi. Gani berubah dari yang awalnya kalem menjadi berang.
“Gina!!! Kucing apaan nih?! Lariin nggak dari gue!”
Gina langsung main ambil saja kucing belang tiga itu. Tak peduli dengan teriakan Gani.
“Gue kan udah bilang beratus kali. Si hitam nggak akan bisa digantiin dengan kucing apapun. Termasuk kucing itu.” Bentak Gani, menunjuk kucing belang tiga.
Gani menarik nafas sebelum melanjutkan omelannya. Sementara Gina, diam saja dengan gaya santai.
“Gue tau maksud lo baik, Gin. Tapi selama gue dan elo masih bisa ngelihat si hitam dengan mata keenam, gue nggak mau ngelihat kucing apapun. Titik!”
..::.. words: 389 ..::..

Selasa, 28 Mei 2013

Fatin Shidqia Lubis [IMA 2013]

Berbalut pakaian serba putih, Fatin terlihat cantik dan anggun di acara IMA 2013 (Indonesian Movie Awards) yang digelar oleh RCTI. Fatin menyanyikan lagu 'Ada Apa Dengan Cinta' karya Melly Goeslaw.




Senin, 27 Mei 2013

Sebel

Sebel
Sebeel
Sebeeel
Sebeeeel
Sebeeeeel

Pengen teriak teriak
Pengen marah marah
Pengen mukulin orang
Pengen banting barang
Pengen bilang sebeeeeel

Esmosi naek turun kayak jet coaster
Sensitif tingkat tinggi kalau dikacau kacau
Menggalau, merisau, membuat naek darah
Nggak peduli keadaan sekitar yg penting aku
Diperhatiin, dimanjain, dipeduliin, dan dibuatin kata kata manis

Kalau gak bisa
Aku bakal teriak di hati kamu
Mukulin lengan kamu sampai aku puas
Trus, bilang sebel dengan setengah benci
Sebenci esmosi aku yg naek turun di hari hari pms

[BeraniCerita #13] Aku, Kau, dan Senja


Gadis itu lagi.
Setiap senja selalu saja duduk manis di tepi danau Singkarak yang memantulkan bayangannya. Aku tak tahu harus memanggilnya dengan panggilan apa. Lalu kunamai saja, Senja. Seperti kehadirannya di setiap senja. Ia tak pernah kenal cuaca. Entah itu panas. Entah itu hujan. Entah itu biasa-biasa saja. Ia selalu duduk manis di tepi danau.
Wajahnya memang tak asing lagi, jelas saja karena ia adalah warga Singkarak. Matanya yang cokelat terlihat kosong, menatap dalam-dalam pada danau biru itu. Sesekali ia memainkan air, menenggelamkan batu yang ada di dekatnya, lalu berteriak, “jangan tinggalkan aku!” Kemudian menangis tersedu-sedu seperti kehilangan sesuatu.
Aku tak pernah mengerti apa arti teriakannya. Ingin mendekatinya tapi langkahku terpatri disini. Ingin mengajaknya bermain tapi takut bila ia menenggelamkanku seperti batu itu. Ah, maafkan aku, Gadis. Ini hanya pikiran burukku. Aku tak punya keberanian untuk menemanimu di setiap senja. Seperti senja hari ini. Senja yang berlalu begitu saja.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Suara seorang pria dari arah belakang mengejutkan lamunanku. Aku tak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba bertanya padaku. Aku juga tak tahu apa ia memperhatikanku sedari tadi. Lalu kujawab saja apa adanya.
“Menikmati senja. Sendiri.”
“Tak ingin bersamaku?”
“Oh, baiklah jika kau menginginkannya. Tapi senja telah berlalu.”
“Tak apa. Aku akan menemanimu.”
“Kurasa, aku memang membutuhkan teman.”
“Mengapa kau bicara seperti itu? Seolah tak punya teman saja.”
“Memang. Kita ini kan bukan warga Singkarak.”
“Ya. Aku tahu. Lalu apa yang kau lihat?”
“Aku melihat seorang gadis, mungkin saja mau menjadi temanku. Tapi sayang, dia sudah pergi. Aku tak bisa melihatnya lagi.”
“Apa maksudmu gadis bermata cokelat yang selalu duduk di tepi danau?”
“Iya. Dia sangat manis, bukan?”
“Memang. Tapi dia juga pahit. Sangat pahit.”
“Darimana kau tahu itu?”
“Tak penting darimana aku tahu. Yang pasti, aku tahu tentang dia.”
“Baiklah. Tapi menurutku, bukankah dua hal yang berbeda terlihat bagus jika digabungkan?”
“Harusnya iya. Tapi dia tak pernah menggabungkannya. Belakangan ini saja dia baru menyadarinya.”
Pernyataan pria ini benar-benar membuatku penasaran. Berpikir bahwa ia memang kenal dengan gadis itu dari dulu. Mungkinkah mereka sepasang kekasih? Ah, sudah pasti jawabannya iya. Dari rautnya yang terlihat kesal, menunjukkan tanda itu. Tanda bahwa ia ingin bersama si gadis.
“Mungkin dia tak disetujui. Mungkin juga, banyak alasan yang tak sempat diutarakannya padamu.”
Aku berkomentar, sekedar memancingnya.
“Aku sudah memberikannya waktu 3 jam, bahkan lebih. Tapi dia datang di menit-menit terakhir saat aku memutuskan berlayar di hari lebaran Jumat itu. Hari yang menyebabkan aku terkurung disini. Kalau saja dia datang lebih awal, mungkin aku masih bisa melihatnya, berbicara padanya. Dan tak harus mendengar kalimat yang sama tiap dia datang, kalimat jangan tinggalkan aku.”
Aku jadi teringat peristiwa di hari lebaran Jumat itu. Peristiwa yang membuatku ada disini, saat kapal yang kutumpangi tenggelam. Saat aku juga lari dari kenyataan, tak mendengarkan petuah nenekku beberapa jam lebih cepat. Aku bahkan tak ditemukan hingga sekarang, mendekap bersama pria ini, dan juga warga lain yang bukan warga Singkarak. Menetap dalam danau yang gaib.

..::.. words: 486 ..::..




Quote: Better three hours too soon than a minute too late. ~ William Shakespeare

Inspirasi: Cerita Mistik Mendiami Danau Singkarak dan Peristiwa Gaib di Danau Singkarak

Minggu, 26 Mei 2013

Go To Batu Payung Beach [Mimi Land]

Kemarin adalah hari yang menyenangkan. Kami sekeluarga (my mom, my pap, me, my brother) ditambah my honey, my little cousin, my aunty and her husband, and keluarga dari alm. my grandma and her son... pergi ke Batu Payung Beach. Atau yang lebih dikenal dengan sebutan Mimi Land, ini khusus untuk yang membawa anak-anak sih. Soalnya tuh pantai udah banyak permainannya.

Lokasi wisata Batu Payung ini terletak di sekitar Kota Singkawang Kalimantan Barat, tepatnya di Teluk Suak, Desa Karimunting, Kabupaten Bengkayang sekitar 130 km dari Pontianak dan 15 km dari kota Singkawang. Jarak yang ditempuh kira-kira memakan 3 jam dari rumahku. Cukup jauh juga ya... But it's ok beybeh. Disini senang, disana senang, dimana-mana hatiku senang.

Oya, pantai batu payung ini bisa dijangkau dengan mudah karena dari jalan besar hingga ke lokasi wisatanya sudah diaspal mulus. Meski pantainya nggak panjang, tapi buatku terlihat panjang selayak pandang, agaga :D Keunggulan dari batu payung yang dikenal ya... udah ada resort untuk menginap dengan kamar yang menghadap ke pantai. Untuk kamar standar harganya 360 ribu semalam. Lumayan...

Kalau cuma untuk menikmati pantainya sih dipungut biaya 20 ribu per orang. Tentu aja diluar karcis untuk menggunakan mainan yang ada di batu payung. Mainan seperti komidi putar, bianglala, sepeda dalam lingkaran (kasih nama sendiri), dan lain-lain. Pokoknya seru deh! Aku sih pengen menikmati mainan itu tapi lain kali aja. Aku lebih senang menikmati pantai. Angin sepoi-sepoi.

Ini dia beberapa foto yang berhasil kuabadikan, check this out guys...!!! Yang pertama about me dulu ya...




Narsis banget aku euy, hehehe :) And then, this is some pictures about Batu Payung Beach Mimi Land...


Fatin Shidqia Lubis Juara X Factor Indonesia



 ^^ Final: Reach [Gloria Estefan] [feat. Novita Dewi]



 ^^ Final: Good Time [Owl City & Carly Rae Jepsen] [feat. Mika Angelo]


 ^^ Final: Well Well Well [Duffy]


^^ Final: Aku Memilih Setia [ciptaan Muhammad Fredy Harahap]

Fatin akhirnya menjadi pemenang pertama atau juara X Factor Indonesia. Tentu aja hal ini membuat Fatin memiliki berjuta rasa bangga. Fatin mengucapkan banyak terima kasih untuk sang Pencipta dan keluarga besarnya. Tak terlebih kepada Fatinistic yang setia mendukungnya.

"Terima kasih untuk Allah, keluarga yang sudah menemani, semua teman dan sahabat aku, terus buat fatinistic yang selalu dukung," ungkap Fatin saat berada di Hall D2 JIExpo Kemayoran Jakarta Pusat, Sabtu dini hari (25/05/2013).

"Kalau aku enggak ikut X Factor, aku enggak mendapatkan kesempatan seperti ini. Aku enggak nyangka, semua berat-berat banget. Terima kasih dikasih kesempatan seperti ini, apa lagi lawannya kak Dewi," lanjutnya.


Atas kemenangannya, Fatin berhasil membawa pulang 1 buah Mobil Suzuki Swift matic persembahan dari Indosat Mentari, uang senilai 125.000.000 persembahan dari Cross Mobile, rekaman dengan nilai investasi Rp 1 milyar rupiah dari Sony Music Indonesia. Dan yang paling istimewa, lagu kemenangan Fatin yang berjudul "Aku Memilih Setia" akan diputar di 600 radio seluruh Indonesia secara serentak. Alhamdulillah ^_^

via: tribunnews.com, xfactorindonesia.com

Rabu, 22 Mei 2013

Canting, Catatan Ranting

Tak ada puisi kali ini. Tak ada juga tema hari ini. Hari hari yg telah terlewati. Harusnya sejak pengumuman #PuisiHore2, aku memposting ini. Tapi entah kenapa, aku baru terpikir sekarang.
Maafkan aku ya, kakak kakak penyelenggara #PuisiHore2 yakni kak @aa_muizz dan kak @acturindra. Aku gak ada maksud. Aku juga udah lama menyelesaikan bacaanku, hadiah darimu. Lebih tepatnya dari @syair_pagi. Sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto "Canting".
Novel yg menarik dan begitu panjang. Bahasa jawanya halus dan benar2 seperti belajar sejarah. Sejarah pembatikan. Sejarah perjuangan. Ialah Ni - sarjana farmasi. Yg berusaha mengembalikan batik canting. Batik yg kalah saing dengan batik print.

Hm. Gak banyak yg bisa kusinopsiskan. Yg jelas, aku membuat catatanku sendiri. Catatan sebagai sebuah ranting. Ranting yg berteman angin. Jika ia tak kuat, maka angin bisa saja menjadi musuhnya.

Tapi ranting tak ingin kenal musuh. Ranting justru ingin berteman dengan siapa saja. Yg menjadi bagian dalam pohon kayu ini. Entah itu kepada batang. Kepada cabang. Kepada daun. Kepada bunga. Kepada buah.

Canting, catatan ranting. Walau tubuhku kecil, mungil, tak mendapat bagian banyak saat pembagian tulang, aku selalu ingin berjuang. Demi cita. Demi cinta. Demi asa. Demi rasa. Damai.

Pergilah Yang Jauh


Pada tiap tiap dinding hati
Entah itu dimana, disini atau disana
Rasanya sudah tak memungkinkan
Geger saja bila masih mengalamatkan
Ilusi dari sosok seseorang
Lelaki yang sepantasnya benar benar pergi
Atau mati sekalian
Hingga menyisakan abu yang langsung tersapu angin

Ya, aku menginginkan itu
Akanmu, bukan akanku
Ngilu jika masih mendengar suaramu
Geram jika kau bertanya tentang hal itu

Jujur! Aku bosan, aku jenuh, aku gundah
Arti rasaku ini tetaplah bukan rasamu
Ungkapan demi ungkapan bagai sembilu
Hanya palsu, dari bibirmu

Pergilah yang jauh

Mimpi Kamu (Lagi)


Malam telah berlalu, meninggalkan embun pada pagi
Iringan mimpi pun tersapu, hanya sisa tanya tanya disini
Melalui hati, melalui tiap memori akan sebuah kisah ini
Percayalah! Aku tak bohong untuk mimpi satu ini
Irama itu, suara itu, bahkan wajah itu, begitu nyata bagi diri

Kamu... ya, itu kamu!
Apa maumu masuk ke dalam mimpiku, mencipta semu
Menelusup puing puing harapan yang takkan tergapai olehku
Untuk apalagi? Sudah cukup, karena aku tak ingin mimpi kamu

(Lagi)

Minggu, 19 Mei 2013

Fatin Shidqia Lubis [13]

Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya

Nggak bisa banyak kata, cukuplah Reff lagu "Aku Memilih Setia"
menjadi wakil kegembiraanku padamu. Lanjut terus Fatin.
Fatin... Fatin... Foya...
Fatin... Fatin... Foya...


 ^^ Grand Final: Katakan Tidak [Afgan] [feat. Afgan]


 ^^ Grand Final: Stay [Rihanna feat. Mikky Ekko]


^^ Grand Final: Don't Stop Believing [Journey] [feat. Novita Dewi]


^^ Grand Final: Aku Memilih Setia [Sony Music-Lagu Kemenangan]

Sabtu, 18 Mei 2013

Aku Memilih Setia by Fatin

pict from here
Ada banyak cara Tuhan menghadirkan cinta
Mungkin engkau adalah salah satunya
Namun engkau datang di saat yang tidak tepat
Cintaku telah dimiliki

*Inilah akhirnya harus ku akhiri
Sebelum cintamu semakin dalam
Maafkan diriku memilih setia
Walaupun kutahu cintamu lebih besar darinya

Maafkanlah diriku tak bisa bersamamu
Walau ku sadar tulusnya rasa cintamu
Takkan mungkin untuk membagi cinta tulusku
Dan aku memilih setia
ke *

Seribu kali logika untuk menolak
Tapi ku tak bisa bohongi hati kecilku
Bila saja diriku ini masih sendiri
Pasti ku kan memilih... kan memilih kamu
ke *

Ini lirik lagu yang dinyanyikan Fatin tadi malam. Judulnya "Aku Memilih Setia" karena Fatin masuk dua besar loh. Aaak... aku senang! Oya, lagunya bagus banget! Benar-benar menghipnotis seperti Kak Rossa yang meneteskan airmata saat Fatin menyanyikannya. Kalau mau dengar langsung, bisa cek di sini ya...

Human Error

Nggak tau siapa yang lagi eror, aku atau dia? Maaf buat semuanya ya. Post sebelum ini yang awalnya benar-benar untuk berani cerita, eh... dihapus hanya ditinggalin puisinya aja. Aduh, piye? Salah aku kali ya, main tinggal lepi aja. Yo wes... akhirnya aku benerin tapi tetep aja, malu! Human error banget!

Jumat, 17 Mei 2013

[BeraniCerita #12] Tut Tut Tut


pict from here
Tut tut tut
Aku selalu memanggilmu seperti itu
Kala kau lewat dengan sepatu bututmu

Tut tut tut
Aku sangsi bahwa kau tahu akan artinya itu
Karena kau tetap diam dan tak menoleh padaku

Tut tut tut
Aku takut kalau kau adalah hantu
Yang tercipta dari bayang-bayang ilusiku

Tut tut tut
Entah harus bagaimana caraku memanggilmu
Kau hanya tersenyum sedikit kala melihat diriku

Tut tut tut
Mungkinkah Astuti itu adalah namamu
Kurasa entah, aku masih meragu tentangmu

Tut tut tut
Kau lewat lagi dengan sepatu bututmu
Menghampiriku hingga membuatku malu

Tut tut tut
Kemudian tersenyum tanpa bicara padaku
Dari jauh, seseorang sepertinya memanggilmu

Tut tut tut
Aku berinisiatif untuk memberitahumu
Tapi kau tak mengerti karena rungumu

Tut tut tut
Kau malah menunjukkan sepatu bututmu
Bukan, bukan itu yang kumau tapi hanya kau

Asnawi membaca puisi itu berulang kali hingga matanya terasa lelah. Tanpa diketahuinya, ada setetes dua tetes air yang enggan dialirkannya di kedua pipinya. Malam yang semakin larut menambah kalut perasaannya saja. Entah ia harus mengadu kepada siapa. Di bawah kaki ranjangnya masih teronggok sebuah kotak persegi berwarna merah hati. Ia bangkit dari posisi telentangnya, duduk, dan mengambil kotak itu.

Perlahan, diusapnya airmata yang akan tumpah. Lalu membuka kotak itu, “Astuti, mengapa sepatu butut ini yang kau tinggalkan padaku? Aku rindu memanggilmu dengan sebutan ‘tut tut tut’ itu. Dengarkah kau disana? Seminggu tanpamu terasa seperti sewindu.”

..::.. words: 226 ..::..

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...