Senin, 27 Mei 2013

[BeraniCerita #13] Aku, Kau, dan Senja


Gadis itu lagi.
Setiap senja selalu saja duduk manis di tepi danau Singkarak yang memantulkan bayangannya. Aku tak tahu harus memanggilnya dengan panggilan apa. Lalu kunamai saja, Senja. Seperti kehadirannya di setiap senja. Ia tak pernah kenal cuaca. Entah itu panas. Entah itu hujan. Entah itu biasa-biasa saja. Ia selalu duduk manis di tepi danau.
Wajahnya memang tak asing lagi, jelas saja karena ia adalah warga Singkarak. Matanya yang cokelat terlihat kosong, menatap dalam-dalam pada danau biru itu. Sesekali ia memainkan air, menenggelamkan batu yang ada di dekatnya, lalu berteriak, “jangan tinggalkan aku!” Kemudian menangis tersedu-sedu seperti kehilangan sesuatu.
Aku tak pernah mengerti apa arti teriakannya. Ingin mendekatinya tapi langkahku terpatri disini. Ingin mengajaknya bermain tapi takut bila ia menenggelamkanku seperti batu itu. Ah, maafkan aku, Gadis. Ini hanya pikiran burukku. Aku tak punya keberanian untuk menemanimu di setiap senja. Seperti senja hari ini. Senja yang berlalu begitu saja.
“Apa yang kau lakukan disini?”
Suara seorang pria dari arah belakang mengejutkan lamunanku. Aku tak tahu apa yang membuatnya tiba-tiba bertanya padaku. Aku juga tak tahu apa ia memperhatikanku sedari tadi. Lalu kujawab saja apa adanya.
“Menikmati senja. Sendiri.”
“Tak ingin bersamaku?”
“Oh, baiklah jika kau menginginkannya. Tapi senja telah berlalu.”
“Tak apa. Aku akan menemanimu.”
“Kurasa, aku memang membutuhkan teman.”
“Mengapa kau bicara seperti itu? Seolah tak punya teman saja.”
“Memang. Kita ini kan bukan warga Singkarak.”
“Ya. Aku tahu. Lalu apa yang kau lihat?”
“Aku melihat seorang gadis, mungkin saja mau menjadi temanku. Tapi sayang, dia sudah pergi. Aku tak bisa melihatnya lagi.”
“Apa maksudmu gadis bermata cokelat yang selalu duduk di tepi danau?”
“Iya. Dia sangat manis, bukan?”
“Memang. Tapi dia juga pahit. Sangat pahit.”
“Darimana kau tahu itu?”
“Tak penting darimana aku tahu. Yang pasti, aku tahu tentang dia.”
“Baiklah. Tapi menurutku, bukankah dua hal yang berbeda terlihat bagus jika digabungkan?”
“Harusnya iya. Tapi dia tak pernah menggabungkannya. Belakangan ini saja dia baru menyadarinya.”
Pernyataan pria ini benar-benar membuatku penasaran. Berpikir bahwa ia memang kenal dengan gadis itu dari dulu. Mungkinkah mereka sepasang kekasih? Ah, sudah pasti jawabannya iya. Dari rautnya yang terlihat kesal, menunjukkan tanda itu. Tanda bahwa ia ingin bersama si gadis.
“Mungkin dia tak disetujui. Mungkin juga, banyak alasan yang tak sempat diutarakannya padamu.”
Aku berkomentar, sekedar memancingnya.
“Aku sudah memberikannya waktu 3 jam, bahkan lebih. Tapi dia datang di menit-menit terakhir saat aku memutuskan berlayar di hari lebaran Jumat itu. Hari yang menyebabkan aku terkurung disini. Kalau saja dia datang lebih awal, mungkin aku masih bisa melihatnya, berbicara padanya. Dan tak harus mendengar kalimat yang sama tiap dia datang, kalimat jangan tinggalkan aku.”
Aku jadi teringat peristiwa di hari lebaran Jumat itu. Peristiwa yang membuatku ada disini, saat kapal yang kutumpangi tenggelam. Saat aku juga lari dari kenyataan, tak mendengarkan petuah nenekku beberapa jam lebih cepat. Aku bahkan tak ditemukan hingga sekarang, mendekap bersama pria ini, dan juga warga lain yang bukan warga Singkarak. Menetap dalam danau yang gaib.

..::.. words: 486 ..::..




Quote: Better three hours too soon than a minute too late. ~ William Shakespeare

Inspirasi: Cerita Mistik Mendiami Danau Singkarak dan Peristiwa Gaib di Danau Singkarak

8 komentar:

  1. Kenapa gue jadi tersesat di jalan cerita, ea? Bentar... Bentar, mending gue baca ulang, deh! ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sepertinya Bg Eksak gak tersesat. Aku aja yg sesat buat ceritanya. Masih ada yg kurang. :(

      Hapus
  2. kakak....aku bingung... :(

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku juga bingung. Udah diperbaiki, tapi gak tau ya... apa malah tambah buat bingung? :(

      Hapus
  3. cerita misteri yang dibuat manis :)

    BalasHapus
  4. Saya ngerti kok ceritanya. Bagus.. :)

    BalasHapus

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...