Kamis, 30 Mei 2013

[BeraniCerita #14] Si Hitam


pict from here
“Sial! Hampir aja kebablasan!”

Gina memaki dalam kegelapan malam. Memotong kuku di jam-jam seperti ini menjadi tantangan tersendiri untuknya. Gina tak mengenal mitos atau apapun yang melarangnya memotong kuku di malam hari. Buktinya, kuku Gina masih baik-baik saja hingga sekarang, tak pernah dimakan setan. Berdarah sedikit pun tak menyurutkan hasratnya.
Tanpa disadari Gina, ada sesuatu yang menjilati kakinya. Ketika Gina melongok ke bawah, Gina malah melihat sesuatu itu telah duduk manis menyandar di dekat tumit kakinya. Sesuatu berwarna hitam yang dikenalnya sebagai kucing kesayangan kakak kembarnya, Gani. Gina hendak memaki lagi, tapi Gani keburu datang. Mengambil si hitam dan akan membawanya keluar kamar dalam dekapan hangatnya.
“Gani, lain kali awasin tuh si hitam! Hampir aja gue kebablasan motong kuku gara-gara dia!”
“Iya, Gin. Lagian lo ngapain potong kuku di malam hari. Pamali, tau!”
“Terserah gue dong, kuku-kuku gue. Masalah ya buat lo?!”
“Gina… Gina…” gumam Gani yang tak lagi disahut Gina.
..::..
Masih dalam gelap malam, Gina memutuskan pergi keluar rumah untuk sekedar mencari angin. Sembari menetralkan suasana hati karena ulah si hitam. Gina heran, kucing hitam seperti itu bisa-bisanya dipelihara Gani. Seperti tak ada kucing lain saja yang warnanya lebih unyu-unyu. Lebih menarik untuk dipelihara dan dirawat dengan kasih sayang.
Suatu hari, Gina pernah membawakan kucing persia berbulu putih untuk Gani. Kucing itu dihadiahi temannya sebagai kado ulang tahun mereka. Tapi Gani menolak, lebih memilih si hitam yang bahkan bulu-bulunya tak pernah memutih layaknya uban. Seperti malam ini, Gina pulang dengan membawa kucing belang tiga -campuran putih, hitam, dan kuning yang tidak bercampur aduk– yang ditemukannya sedang meringkuk kedinginan di pos ronda.
Gina meletakkan kucing belang tiga itu di dekapan Gani yang sedang tidur di kamarnya diam-diam. Tak sampai semenit, Gani terbangun dan memekik. Lalu berubah menjadi cat woman. Ups! Bukan itu yang sebenarnya terjadi. Gani berubah dari yang awalnya kalem menjadi berang.
“Gina!!! Kucing apaan nih?! Lariin nggak dari gue!”
Gina langsung main ambil saja kucing belang tiga itu. Tak peduli dengan teriakan Gani.
“Gue kan udah bilang beratus kali. Si hitam nggak akan bisa digantiin dengan kucing apapun. Termasuk kucing itu.” Bentak Gani, menunjuk kucing belang tiga.
Gani menarik nafas sebelum melanjutkan omelannya. Sementara Gina, diam saja dengan gaya santai.
“Gue tau maksud lo baik, Gin. Tapi selama gue dan elo masih bisa ngelihat si hitam dengan mata keenam, gue nggak mau ngelihat kucing apapun. Titik!”
..::.. words: 389 ..::..

14 komentar:

  1. Wah, kucing hitamnya udah mati?

    BalasHapus
  2. Mata keenam ini maksudnya indera keenam ya? :D

    BalasHapus
  3. Telling nya kok ada yg pake bahasa baku dan non baku? Spt : nggak. Kebablasan dr obrolan kah? Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya, udah diperbaiki. Terima kasih koreksinya. Salam balik. :)

      Hapus
  4. wah kirain kucingnya masih ada..
    udah mati toh..
    si kembar sama-sama punya "kelebihan" yg sama ya?

    BalasHapus
  5. Gani dan Gina sakti ea? Hehehe, tapi aneh pada paragrap awal. Kebablasan motong kukunya Gina seolah lebih dulu tanpa kedatangan si hitam. Tapi itu gak jadi soal, apalagi motong kukunya sendiri. Walopun dalam kegelapan itu bukan tantangan yg berarti.

    Contoh laen, makan dalam gelap. Gue yakin gak bakal nyasar ke mata deh sendoknya! Coba aja... ;-)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya ya bg, maklum masih blm pinter nyusun bahasa...
      Siap dicoba lagi utk berikutnya :)

      Hapus
  6. huwah...ternyata punya mata ke enam ya..

    BalasHapus
  7. endingnya membingungkan. maaf :(

    BalasHapus

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...