Kamis, 18 Juli 2013

Tentang Kasih Sayang

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang tinggal berdua dengan anak perempuannya.  Suaminya entah kemana, tak pernah pulang sejak tinggal di kota besar. Pun, tak pernah memberi nafkah barang sedikitpun. Anak perempuannya memiliki kelainan sejak kecil yaitu autis. Ia tak pandai bicara apalagi bergaul dengan banyak orang. Yang dikenalnya hanyalah ibunya.

Ibu itu selalu berdoa pada Tuhan, memohon kesembuhan untuk anak perempuannya. Tak jarang, tangisan mengalir melewati kedua pipinya. Anak perempuannya yang jika melihat tangisan itu, selalu bersedia menghapus air mata ibunya. Meskipun ia tak pernah mengerti mengapa ibunya menangis tiap kali menengadahkan tangan di waktu-waktu malam.

Semakin lama, kebutuhan untuk ibu dan anak semakin tak tercukupi. Semua kerja serabutan telah dilakukan ibu itu, demi anak perempuannya. Tak ayal, tubuh ibu itu semakin kurus dan tak terawat. Sementara anak perempuannya tak bisa menggantikan ibunya dengan kondisi kelainannya, apalagi merawat ibunya sendiri. Ibu itu ingin menyerah meski rasa sayangnya tak pernah lelah.

Suatu hari, ibu itu pernah bertemu dengan seorang dokter yang ingin meneliti kasus autis di panti asuhan -yang menjadi sumber mata pencahariannya selain mencuci dan menyetrika pakaian. Ibu itu lalu menawarkan diri, berharap bahwa anak perempuannya dapat diperlakukan baik oleh dokter. Dokter tentu saja setuju karena salah satu tugas mulianya memanglah seperti yang diharapkan ibu itu.

Hari pertama, anak perempuannya tak menunjukkan reaksi apa-apa. Ia masih diam dan tak pandai bicara. Ibu itu sedikit menyesal dengan keputusannya. Tapi ia tetap berharap bahwa suatu hari anak perempuannya akan bisa menyebutnya dengan panggilan ibu. Dengan berbekal kepercayaan pada dokter, ia diam-diam selalu mengawasi perkembangan anak perempuannya.

Hari ini, sudah setahun berlalu. Anak perempuannya telah berhasil memanggilnya ibu. Ibu itu senang bukan main, ia mencium kening anak perempuannya berulang-ulang kali. Dokter pun ikut senang karena penelitiannya berjalan lancar. Kasus autis memang memerlukan perhatian khusus dan kasih sayang yang tulus. Dan, kasus autis memang tak sepenuhnya sembuh. Tapi paling tidak, ada perkembangan yang bisa membuat perasaan menjadi lega.

Baik dokter maupun ibu itu, mereka sama-sama belajar banyak dari kasus autis yang dialami anak perempuan itu. Karena anak adalah titipan sementara dari Tuhan. Karena anak adalah sosok yang terlahir dari rasa kasih sayang antar dua jiwa yang berlainan. Dan seharusnya, apapun kondisi anak yang dititipkan oleh Tuhan… orangtua harus memberikannya kasih sayang.

#IWriteToInspire for #14DaysofInspiration ~ Compassion (Kasih sayang)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...