Selasa, 24 September 2013

(Bukan) Duel Penyair [1]

pict from favim.com
1)
~ : Pada rindu riuhmu , kutemukan aksara berbalut kencana.
~ : Rasaku liar. Menyebar debar. Tentang memoar kekasih tanpa kabar.
~ : Katakan saja pada dunia . Sebab debar takkan bertambah bila hatimu lega.
~ : Ajari aku sebuah teriakan yang melahirkan decak kekaguman dalam bilik-bilik kesepian.
~ : Dalam aksaramu , bukankah teriakan itu telah membahana? Menciutkan kesepian yang meraja.
~ : Aku tidak peduli. Aku hanya ingin engkau menemaniku menyingkirkan genangan sunyi tanpa sandi
~ : Jika begitu, . Terimalah aksaraku yang menjelma bagai kidung tuk temani sunyimu.
~ : Rinduku retas seperti mercucuar. Mekar pada batang yang mengakar. Rinduku sukar untuk ditakar.
~ : . Lalu retaskan rindu itu. Hingga mekar tak bersuar.

2)
~ : Selamat malam, Tuan . Bolehkah aku mengeja aksara sembari mengenalmu?
~ : Sebab dalam aksaramu , kutemukan rupa-rupa rindu seolah candu.
~ : rindu ialah isyarat . Dan kita; hanyalah aksara-aksara sajak dengan segala kepedihan di dalamnya.
~ : Sejatinya memang begitu . Dan kini, aku merasa rindu mulai berteman langit kelabu.

3)
~ : aku masih gelisah. Jemariku tetap basah. Menunggu sepatah sapa.
~ : Duhai . Liukkan jemarimu biar lincah. Biar sepatah sapa tak lagi berteman entah.
~ : aku masih berdiri sedang tidak lagi tinggi. Terpaku dimandikan debu dalam menemanimu.
~ : Duduklah, . Dengarkan kisahku tentang debu. Debu yang terukir di batas kanvas biru.
~ : . Dan lupakanlah tentang waktu. Biar sejenak ku bisikan tentang samudera yang diairi cinta. 

2 komentar:

  1. aku tergiur pada gambarnya, bagus :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, segelas kopi susu penambah semangat untuk mengetik bait-bait duel ^_^

      Hapus

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...