..::.. Setiap anak memiliki keunikan. Mereka semua adalah sesuatu yang
spesial. Kalian, kita hanya cukup melihat mereka lebih dekat. Lebih
mengerti mereka, lebih memperhatikan mereka. Anak-anak adalah mutiara
yang berkilauan dan menghiasi dunia ini. Mimpi-mimpi mereka adalah
kekuatan yang akan membuat mereka tetap bersinar. Bakat yang mereka
miliki adalah bekal untuk hidup mereka. ..::..
Demikian pesan pendek yang dimunculkan dalam sebuah film yang
berjudul, “Taare Zameen Par”. Film yang
diproduksi oleh Aamir Khan, salah satu aktor gaek dalam film-film India,
ini adalah salah satu film Bollywood yang membawa satu pencerahan dan
hal baru bagi penikmatnya. Film ini bercerita tentang seorang anak,
Ishaan, yang menderita disleksia. Sebuah penyakit yang bisa saja terjadi
akibat keturunan. Penderita disleksia akan mengalami kesulitan dalam
membaca dan menulis karena mereka tidak memiliki kemampuan dasar untuk
membedakan huruf yang satu dengan huruf yang lain yang cenderung mirip,
misalnya ‘b’ dan ‘d’. Mereka yang menderita ini juga cenderung
memasangkan huruf untuk membuat kata dalam urutan yang terbalik,
misalnya, ‘sir’ ditulis ‘ris’.
Sebenarnya, beberapa film pernah mengangkat tema ini. Penyakit
disleksia pernah menjadi sorotan dalam beberapa film yang dibuat. Di
Indonesia, ada film “Juni di Bulan Juli” yang tokoh utamanya juga
menderita penyakit ini, juga "Kenapa Ayah Membenci Aku" (tadi malam aku menontonnya, jalan ceritanya sama!). Beberapa film Barat seperti “My Sister Keeper”
juga sedikit menceritakan tentang penyakit ini.
Kelebihan dari film ini adalah penceritaan dari sudut yang berbeda.
Yang diceritakan adalah seorang anak kecil berusia sekitar sembilan
tahun yang memiliki penyakit yang cukup jarang terjadi ini. Ishaan
adalah anak yang dicap bandel, pemalas, bodoh, bahkan idiot oleh guru,
teman-teman, dan ayahnya, orang tuanya sendiri. Ia selalu menghindari
kelas-kelas yang membuat dia harus menulis, membaca, berhitung. Dia
tidak suka pelajaran tentang bahasa, matematika, geografi, tetapi ia
suka menggambar. Ia senang dengan melukis. Lukisannya adalah imajinasi
dan mimpi tanpa batas yang dimilikinya.
Kemampuan inilah yang tidak dilihat oleh orang lain, bahkan oleh
orang tua yang seharusnya menjadi orang terdekat baginya. Perhatian yang
kurang diberikan kepada Ishaan juga membuat ayah-ibunya tidak mengerti
lebih dahulu tentang ‘kelainan’ yang diderita oleh anaknya. Kekurangan
yang dimiliki Ishaan membuat ia selalu menjadi bahan tertawaan
teman-temannya. Beberapa kali ia harus tetap di kelasnya dengan nilai
yang tidak bagus dalam pelajaran-pelajaran ‘yang tidak disukainya’.
Lalu, keluarganya mengirimnya pada sebuah sekolah asrama. Orang tuanya
berharap bahwa segala kebandelan dan kenakalan yang dibuatnya akan
berkurang dan hilang karena sikap disiplin yang harus diterapkan di
sekolah asrama tersebut.
Tetapi, yang terjadi sebaliknya. Ishaan merasa terbuang dari keluarganya. Ia merasa tidak diharapkan dalam keluarganya. Tidak seperti kakaknya yang selalu menjadi juara dalam semua mata pelajaran. Di sekolahnya yang baru, Ishaan kehilangan keceriaannya, juga kenakalannya, bahkan juga kesenangannya untuk melukis. Bakat yang dimilikinya ikut hilang karena tidak ada yang menganggap hal tersebut, tidak ada penghargaan atasnya. Hal tersebut berlangsung hingga datang seorang guru kesenian yang memiliki cara mengajar yang berbeda, Ram Shankar Nikumbh. Strategi pengajaran yang berbeda. Pandangan tentang belajar, gaya belajar, serta pandangan terhadap setiap anak yang berbeda. Setiap anak memiliki keunikan sendiri. Ini yang harus dilihat oleh orang lain.
Kembali pada film ini, sebagai seorang guru, Nikumbh menyadari
keadaan muridnya ini. Sebagai seorang guru, Nikumbh mendampingi dan
menyemangati Ishaan agar dapat bangkit dari keterpurukannya. Agar Ishaan
mampu mencemerlangkan lagi ‘mutiara’ yang dimilikinya dengan tidak
terpenjara dalam kekurangannya. Perlahan, Ishaan belajar mengeja lagi,
menulis, dan berhitung sebagai kemampuan dasarnya. Ia mulai gemar
melukis lagi. Menuangkan mimpi dan imajinasi dalam kertas putihnya. Di
sini dapat kita lihat bahwa perhatian adalah hal penting yang dibutuhkan
oleh anak-anak kita. Dorongan, pelukan, ciuman, dan kasih sayang,
terutama dari orang terdekatnya, adalah tenaga tak terlihat yang mampu
membentuk mereka menjadi manusia yang sesungguhnya.
Film yang dibintangi oleh Dharsheel Safary, sebagai Ishaan dan Aamir
Khan ini layak menjadi tontonan keluarga yang menarik. Banyak muatan
positif yang dapat diambil. Tidak bermaksud menggurui, tapi setelah
melihatnya kita mungkin akan memperhatikan anak-anak di sekeliling kita. Betapa berharganya mereka, betapa indah senyum yang merekah dari bibir
mereka, betapa merdu tawanya. Yakinlah bahwa mereka sangat spesial, dari
sisi yang mungkin berbeda. Cukup lihat mereka lebih dekat!
Source : http://www.taarezameenpar.com/ etc :')
Begitu Menarik dan Mengharukan Alur Cerita Taare Zaamen Par yang enggak nonton Rugi banget
BalasHapusYup, memang menarik dan mengharukan :")
Hapus:)
BalasHapus:")
Hapus