Tak ada puisi kali ini. Tak ada juga tema hari ini. Hari hari yg telah terlewati. Harusnya sejak pengumuman #PuisiHore2, aku memposting ini. Tapi entah kenapa, aku baru terpikir sekarang.
hei @susi_smilekitty, selamat! kamu mendapatkan novel #Canting dari @syair_pagi. sila mention @_bianglala untuk konfirmasi pengiriman hadiah
— M (@aa_muizz) May 10, 2013
Maafkan aku ya, kakak kakak penyelenggara #PuisiHore2 yakni kak @aa_muizz dan kak @acturindra. Aku gak ada maksud. Aku juga udah lama menyelesaikan bacaanku, hadiah darimu. Lebih tepatnya dari @syair_pagi. Sebuah novel karya Arswendo Atmowiloto "Canting".
selamat membaca. :) RT @susi_smilekitty: Kak @_bianglala dan admin @syair_pagi novelnya udah sampai, makasih ya ;') twitter.com/Susi_SmileKitt…
— M (@aa_muizz) May 15, 2013
Novel yg menarik dan begitu panjang. Bahasa jawanya halus dan benar2 seperti belajar sejarah. Sejarah pembatikan. Sejarah perjuangan. Ialah Ni - sarjana farmasi. Yg berusaha mengembalikan batik canting. Batik yg kalah saing dengan batik print.
Hm. Gak banyak yg bisa kusinopsiskan. Yg jelas, aku membuat catatanku sendiri. Catatan sebagai sebuah ranting. Ranting yg berteman angin. Jika ia tak kuat, maka angin bisa saja menjadi musuhnya.
Tapi ranting tak ingin kenal musuh. Ranting justru ingin berteman dengan siapa saja. Yg menjadi bagian dalam pohon kayu ini. Entah itu kepada batang. Kepada cabang. Kepada daun. Kepada bunga. Kepada buah.
Canting, catatan ranting. Walau tubuhku kecil, mungil, tak mendapat bagian banyak saat pembagian tulang, aku selalu ingin berjuang. Demi cita. Demi cinta. Demi asa. Demi rasa. Damai.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')