Rabu, 03 Juli 2013

Tingkah Nanda [2]

Hujan masih mengguyur manja, menitipkan sebuah asa di dalam hati yang membuncah. Aku tak mengerti mengapa Nanda selalu baik padaku. Padahal, kami ini baru saja berkenalan. Sebutlah tiga bulan yang lalu. Tapi aku tak kuasa memendam pikiran buruk, jadi kutepis saja semua keraguan itu.

Nanda memang baik, bahkan sangat baik di balik kebohongannya yang kadang-kadang membuatku agak risih. Ah, sudahlah! Lebih baik kupikirkan saja jalan berikutnya untuk lebih dekat dengannya. Kesempatan akan selalu ada, bukan?

"Nan, besok mau kemana?" tanyaku di sela-sela menatap hujan bersamanya.

"Nggak kemana-mana, aku di hatimu."

"Gombal!"

Aku menimpuknya pelan dengan bantal kursi di ruang tamu. Sekonyong-konyong, tubuh Nanda melunglai. Apa yang terjadi? Nanda pingsan.

Kuraba denyut nadinya, masih ada. Napasnya juga masih memburu walau tak berkesan teratur.

"Nan... Nanda!" aku memanggilnya berulang kali.

Tak ada jawaban, ia cuma menggerakkan tangannya ke saku celananya. Tanpa sengaja, aku menatap secarik kertas biru di sana. Aku meraih dan mulai membacanya.

Ema, ketipu deh kamu.

Lantas, aku langsung mengambil bantal kursi itu dan menimpuk Nanda lagi. Ia bangun dan merintih kesakitan.

"Udah, berhenti dong nipukin aku. Aku cuma bercanda. Lagian kamu serius amat sih jadi orang?"

"Aku serius karena aku takut...."

"Takut apa? Takut kehilangan aku?"

Aku tak menjawab, tapi anggukan kepalaku memberikan isyarat nyata untuknya.

"Ema, maafkan aku ya sesuka hati seperti ini. Aku sengaja ingin mengujimu. Dan, aku yakin sekarang! Kamu yang terbaik buatku. Meskipun kamu manja sekali." Nanda tertawa pelan.

Oh My God! Apa yang barusan dikatakan Nanda? Ia telah menguji perasaanku, dan pernyataannya benar-benar membuatku tersipu. Ia bilang aku yang terbaik untuknya. Dan itu artinya, ia bakal menjaga hatiku secara utuh di dalam telaga jiwanya. Nanda membuatku ingin berlayar dengan segera, menuju pelabuhan hati yang paling indah.

*Tema kedua : "Akulah si Telaga" - Sapardi Djoko Damono :

Akulah si Telaga
 Sapardi Djoko Damono

Akulah si telaga:
berlayarlah di atasnya;
berlayarlah menyibakkan riak-riak kecil yang menggerakkan bunga-bunga padma;
berlayarlah sambil memandang harumnya cahaya;
sesampai di seberang sana,
tinggalkan begitu saja perahumu
Biar aku yang menjaganya

Perahu Kertas
Kumpulan Sajak
1982

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...