Rabu, 02 Oktober 2013

(Bukan) Duel Penyair [3]

pict from favim.com
1)
~ : Malam hening, sepasang angsa tak lagi berkejaran, namun terbang terbawa angin malam.
~ : Di peraduan malam kutemui mengulum senyum tanpa suara, kusentuh dagu namun gagap dalam tatap.
~ : Di peraduan malam, kubalik tatap sepasang mata indahmu . Membilang gagap tak perlu dipelihara.
~ : Ada kalut yang menggelayut di ujung pelupuk matamu , andai dapat kuusap, namun tak kuasa berucap.
~ : Ada helai kenangan jatuh serupa , kutiup bersama kesiur angin namun tetap menyapa.
~ : Suara merdu memecahkan lamunanku, tungkai-tungkai luluh terkulai seakan kau tangkap dan buatku kembali tegak
~ : Maka dengarkan iramanya, . Hatiku pun seakan luluh dalam rengkuh kokohmu.
~ : Terbantahlah segala resah semanjak membalutku dalam hangatnya dekap, tetaplah rapat.
~ : Serapat apa yang kaupinta? Adakah pintalan menjadi selimut hatimu?

2)
~ : Kuabadikan aura dalam pigura kasih. Menyentuh bibirku yang tersenyum pasi.
~ : Jangan pucat pasikan senyummu, ! Rekah merah meronanya akan lebih indah. Biar kita sebingkai berdua. 
~ : Jika Tuhan mendengar, kurapalkan doa untukmu, wahai . Biar menambah bingkai dengan sudutsudut mesra.
~ : Tuhan tidak buta, tulis, bisu, . Bingkai hati merah jambu telah kukirim menujumu, tadi. Nantikan!
~ : Aku telah menanti bagai kisah biduan merindu , menyemai cinta dalam katakata.
~ : Kau percaya semai-tuai, ?Mari menyemai cinta-menuai rindu.Bersama potret segalanya, agar abadi.
~ : Aku percaya, sepercayaku pada indahnya lengkung . Di sepasang bola mata.
~ : Sepercayamu pada warnaku yang sebenarnya satu sebelum diurai matahari, .
~ : biarlah satu, sebab satu ialah gabungan dua hati yang mengharu biru.
~ : Karena satu yang satukan segala beda, yang usaikan sedu sedan.

3)
~ : Kau ilusi dalam puisi ini, muncul sesekali lalu pergi lagi.
~ : Sebab tak terbantah, mengeja hanya timbulkan lukaluka.
~ : Jika terluka, ijinkan aku lantunkan sebaris kata, yang mungkin bisa membuat bibirmu tertawa.
~ : Cukuplah yang kau rangkai, menjadi kidung bagi hati yang merepih.
~ : terlalu angkuh, dan kini tak mampu kurengkuh . kau buat mimpiku kian melenguh.
~ : Biar saja! Mari kita mainkan hingga malam tak lagi suram ataupun kelam.
~ : kenapa baru sekarang tawarkan pertemanan? padahal dulu kau suguhkan permusuhan.
~ : Sebab air dan api serupa . Bukankah indah bila dipersatukan? Agar tak lagi ada perpisahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...