Senin, 14 Maret 2011

Mengungkapkan Perasaan

Setiap orang, baik anak remaja maupun dewasa, mempunyai perasaan. Bahkan bayi pun mempunyai perasaan. Bayi yang terkejut atau sakit akan menangis. Bayi yang sehat akan merasa senang dan tersenyum.

Perasaan itu bermacam-macam. Ada perasaan gembira, bahagia, sedih, marah, takut, tegang, gelisah, benci, dan lain-lain. Orang sehat akan mengalami perasaan sesuai dengan keadaannya saat itu. Ketika lulus ujian, ia akan merasa gembira. Jika seorang anggota keluarga meninggal, pasti ia akan merasa sedih dan kehilangan.

Asal pada tempatnya, perasaan itu baik. Takut bukan suatu perasaan jelek, asal wajar. Sedih memang tidak menyenangkan, tetapi orang tidak perlu malu menangis karena sedih. Orang juga tidak perlu menyembunyikan rasa gembiranya, ketika lulus ujian. Asalkan tahu menempatkan diri, orang bebas mengungkapkan perasaannya.

Ada pula perasaan terpendam, seperti sakit hati, benci, dendam, kurang percaya diri, rendah diri, dan rasa bersalah yang berakar dari pengalaman yang tidak menyenangkan. Suatu waktu itu muncul dalam bentuk kemarahan atau kesedihan yang tidak terkendali. Perasaan seperti itu merugikan diri sendiri dan orang lain.

Karena itu, perlu penyelesaian persoalan pribadi, dengan meminta pertolonganorang lain yang dapat dipercayai, dan terampil menolong melalui ke lima pancra indra (melihat dengan mata, mendengar dengan telinga, mencium dengan hidung, meraba dengan kulit, dan mengecap dengan lidah). Semua peristiwa tersebut sesudah ditangkap oleh pancra indra, diteruskan ke otak, sehingga kita menyadari adanya peristiwa tersebut. Pada saat yang sama timbul perasaan tertentu, sebelum kita mengambil keputusan untuk bertindak.

Seseorang dapat bertindak setelah mempertimbangkan perasaannya, atau setelah dipikir dahulu. Dalam proses berpikir, dilakukan telaahan, sebab dan akibat dari perbuatan itu, yaitu manfaat atau kerugiannya bagi diri sendiri dan orang lain.

Anak kecil seringkali bertindak tanpa berpikir terlebih dahulu. Ketika anak makin besar, ia mulai belajar berpikir dahulu, baru bertindak. Ada juga orang yang sudah berusia dewasa, tetapi masih bertindak tanpa berpikir dahulu. Akibatnya, merugikan diri sendiri dan orang lain.perlu pengendalian diri agar dapat bertindak berdasarkan pertimbangan akal sehat.

Perasaan sangat mudah berubah, apalagi pada orang yang emosinya tidak stabil. Remaja seringkali dikendalikan oleh perasaannya. Pengambilan keputusan sering didasarkan perasaannnya pada saat itu. Akibatnya, salah mengambil keputusan sehingga merugikan dirinya atau orang lain.

Oleh karena itu, remaja perlu melatih cara mengelola perasaannya, dan belajar mengendalikan dirinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

No comment - No cry
Meskipun komenmu sangat kuhargai disini :')

LinkWithin

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...